Categories: SAPA

Tangisan di Malam Idul Fitri

…”Banyak diantara kita tak bisa menikmati Ramadan karena sudah mendahului atau sedang sakit. Apa artinya rumah besar dengan sofa mewah, jika kita hanya duduk di kursi roda. Apa artinya kamar luas dengan tempat tidur besar, jika di usia senja kita harus tidur di ranjang rumah sakit”…
Sebentar lagi,  bulan Ramadan akan segera berlalu. Bagi muslim yang baik, kepergian Ramadan adalah kehilangan. Sebab bulan ini adalah sahrul ibadah, dimana ibadah sunnah dihitung seperti pahala wajib.
Tapi entah kenapa, banyak yang merasa lega sudah meninggalkan Ramadan. Mereka yang masuk golongan ini, merasa di bulan Ramadan banyak kesibukan. Melihat Ramadan seperti terpenjara, karena tidak bisa makan minum siang hari, dan harus bangun di tengah malam untuk sahur.
Banyak juga yang tidak khawatir kehilangan kesempatan mendapatkan asyrul awakhir, keistimewaan 10 malam terakhir bulan Ramadan. Mereka tidak rela meninggalkan rumah dan berdiam di mesjid untukk memburu malam terbaik, lailatul qadar.

Padahal keistimewaan 10 hari terakhir di bulan Ramadhan telah dijelaskan Rasulullah SAW dalam hadits:

“Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada 10 hari terakhir (bulan Ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut,” (HR. Muslim).

Bulan Ramadan terlebih 10 malam terakhir diisi dengan tadarus Al Quran, zikir, dan solat malam. Kata Nabi, orang yang membaca Quran, seperti buah yang mengeluarkan aroma nikmat dilengkapi dengan rasa nan lezat
Lantas kenapa masih banyak yang membiarkan Ramadan yg indah berlalu begitu saja, hanya karena alasan mengejar harta. Banyak diantara kita tak bisa menikmati Ramadan karena sudah mendahului atau sedang sakit. Apa artinya rumah besar dengan sofa mewah, jika kita hanya duduk di kursi roda. Apa artinya kamar luas dengan tempat tidur besar, jika di usia senja kita harus tidur di ranjang rumah sakit. Tinggal penyesalan, karena harta yang melimpah tak sebanding dengan nikmatnya sehat dan mengisi Ramadan.
Dalam surat At-Takatsur, Allah mengingatkan tentang kebiasaan hidup foya-foya, bermegah-megahan sehingga lupa untuk bertakwa kepada-NYA. Di surat Al-Asyr, Allah mengingatkan manusia agar tidak menyia-nyiakan waktu dan tetap disiplin memanfaatkan waktu dengan baik mengejar jalan Allah.
Di surat berikutnya, Al-Humazah Allah menyoroti orang yang menggunakan lisannya untuk mengumpat, mencaci maki. Kemudian dalam surat Al-Maun, Allah menyebut orang yang solat celaka, karena mengabaikan anak yatim dan tidak peduli orang miskin.
Contoh orang yang memiliki harta tapi kikir ada pada kisah sahabat bernama Tsa’labah. Sampai-sampai Allah memerintahkan Rasul untuk menolak zakat Tsa’labah. Tsa’labah adalah sahabat yang selalu datang ke mesjid belakangan tetapi pulang duluan. Ia tak pernah sempat berzikir dan berdoa. Lalu sahabat lain bertanya, kata Tsa’labah ia hanya bisa sebentar di mesjid karena tidak memiliki sarung untuk berbagi dengan istrinya yang juga akan menunaikan salat.
Tsa’labah lalu diantar menghadap Nabi dan meminta didoakan memiliki harta. Rasul menolak, karena khawatir Tsa’labah lupa daratan. Karena Tsa’labah memaksa Nabi pun berdoa. Berawal dari 2 kambing, pelan tapi pasti ternaknya terus bertambah. Makin lama makin banyak. Saking banyaknya, Tsa’labah pindah keluar kota Madinah. Frekuensi solat berjamaahnya terus berkurang. Ia tak sempat lagi ke mesjid karena kerepotan mengurus ternak.
Tak hanya itu, Nabi mendengar kabar, sang sahabat kikir, tak mau berbagi termasuk menolak membayar zakat. Nabi pun marah, hingga Allah memerintahkan Nabi menolak zakat Tsa’labah. Akhir kisah Tsa’labah meninggal di tengah kambing dan jauh dari jalan Allah.
Rasul mengingatkan supaya umatnya tetap istiqomah, meskipun sudah memperoleh rezeki. Termasuk kita yang segera meninggalkan Ramadan, ibadahnya tidak berkurang di bulan lain. Di saat malam idul fitri, jangan sampe lafaz kita lepas dari takbir. Mari lepas Ramadan dengan hati galau, menganggap ini adalah ramadan terakhir. Tetaplah bertakbir walaupun sendirian, atau sedang dalam perjalanan.
Allahu Akbar walillahil Hamd
Disclaimer:
Disarikan dari ceramah Ustaz Anas Kurdi, yang disampaikan di Mesjid Bimantara 27 april 2022/ 25 Ramadan. Isi tulisan hasil pemahaman penulis
Latief Siregar

Recent Posts

Menikmati Surga Pesepeda di Utrecht

PEREMPUAN jelita itu berdiri dari bangku kafe di pinggir kanal. Melihat gaya serta tas kulit…

3 bulan ago

ADA KORTING DEKAT BIOSKOP

Begitu memasuki hotel, aku disambut receptie yang ramah menyapa. Mungkin kata ini yang diserap menjadi resepsi…

3 bulan ago

Membunuh Mental Sukanta

Tergopoh Sukanta bergerak dari kursi, begitu mendengar suara sepatu di seret. Malang, karena ia awalnya…

2 tahun ago

Bima Dibela Bima Dicela

Dari segelintir unggahannya, Bima rajin menggunakan kata-kata bombastis. Gubernur dajjal, megawati janda, soekarno mampus, orang…

2 tahun ago

Bagaimana Mencipta Nama Baik

Melakukan tindakan preventif yang bisa membuat pihak lain terhindar dari kecelakaan, adalah perbuatan baik. Seperti…

2 tahun ago

This website uses cookies.