…”Kata Nabi berikan yang paling dibutuhkan. Nabi pernah menyebut air, karena saat itu ada musafir yang kehausan berada di tengah padang pasir. Berikanlah harta yang terbaik. Jangan memberi barang yang aslinya sudah tidak kita butuhkan lagi”…
Sedekah merupakan amalan terpuji yang disukai Allah, karena menunjukkan tingkat keimanan seseorang. Sedekah termasuk amalan yang bersifat sosial atau al-muta’ddiyah, karena manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh orang yang mengerjakan, tetapi juga dirasakan penerima sedekah.
Sedekah ada yang bersifat wajib, yakni zakat fitrah yang berlaku setahun sekali. Zakat fitrah berlaku untuk semua orang, dengan syarat memiliki bahan makanan saja. Zakat fitrah ini untuk jiwa yang memberi dan menerima. Lalu ada zakat maal, ini hanya berlaku bagi mereka yang memiliki harta 86-90 gram emas dan harus tersimpan selama setahun.
Mengeluarkan infaq dan sedekah merupakan bagian dari akhlak orang yang bertaqwa. Sehingga harus dilakukan setiap hari. Jika sedekah wajib hanya dilakukan setahun sekali, setiap hari kita bisa bersedekah dan berinfaq. Indaq, berbagi dengan sesama, masuk kategori sedekah yg disunnahkan
Meski sunnah, dikerjakan berpahala, sayang jika tidak dilakukan apalagi di bulan Ramadan
Dalam sebuah hadits disebutkan, Siapa yang memberikan air dan sebiji kurma utk orang yang berbuka puasa, maka Allah akan memberikan buah-buahan di surga. Buah disini bermakna kenikmatan.
Dalam hadits yang lain, seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “untuk siapa kenikmatan sorga tersebut?” Rasul menjawab, “Untuk orang-orang yang mampu berkata dengan baik, benar, dan bermanfaat, bagi orang yang memberi makanan kepada yang kelaparan, bagi orang yang selalu melaksanakan puasa wajib dan puasa sunat, serta bagi orang-orang yang selalu melaksanakan shalat tahajud” (H. R. Tirmizi).
Betapa indah dan manis Allah menggambarkan pahala sedekah. Kata Allah, Siapa yg meminjamkan, memberi kredit kepada Allah, maka Allah akan melipatgandakan. Allah akan menumbuhkan investasi kredit tadi, berkambang menjadi rezeki yang baik. Sudah barang tentu Allah tidak akan ingkar atas janji membayar pinjaman tersebut.
Sesungguhnya, Allah sedang meminjam tangan hambaNYA yang ikhlas. Itu sebab, sedekah disebut sebagai pembuktian keimanan. Siapa hamba yang ikhlas berbagi, itu menunjukkan tingkat keimanannya.
Ada yang menuntut penukaran berganda itu di dunia. Jika berharap lipat ganda itu nyata di dunia, bisa jadi membuktikan ketidak-ikhlasan. Pernah suatu kali ada seorang hamba yang meminta dgn sepenuh hati, lalu ketika bangun di balik bantalnya ada emas. Dia senang dapat harta tetapi ternyata hatinya tidak tenang.
Jika demikian, apakah sedekah dipertontonkan atau disembunyikan. Allah berkata, kalau kamu sedekah secara sembunyi itu lebih bagus. Tetapi bukan berarti kalau diumumkan menjadi tidak baik. Apalagi jika pengumuman itu untuk transparansi dan inspirasi. Misalnya di sekitar kita ada orang biasa, bukan berharta melimpah, tetapi kalau menyumbang jumlahnya besar. Ini bisa menjadi contoh bagi yang lain, sehingga boleh diumumkan.
Defenisi ikhlas yang sering diibaratkan “tangan kiri memberi tangan kanan jangan tau” tak bisa dimaknai secara sempit. Hadits itu menekankan pada keihklasan, supaya tidak riya yang bisa merusak keikhlasan. Misalnya ada yang marah jika namanya tidak diumumkan sebagai penyumbang.
Nabi pernah ditanya, sedekah apa yang terbaik. Kata Nabi berikan yang paling dibutuhkan. Nabi pernah menyebut air, karena saat itu ada musafir yang kehausan berada di tengah padang pasir. Berikanlah harta yang terbaik. Jangan memberi barang yang aslinya sudah tidak kita butuhkan lagi. Apalagi yang kita tidak sukai karena kualitasnya kurang baik.
Enggan mengeluarkan infaq merupakan salah satu amal yang menjadi penyesalan seseorang pada akhir hayatnya. Orang-orang kikir akan memohon kepada Allah SWT agar diberi tempo untuk hidup kembali.
Disclaimer:
Disarikan dari cemarah Ustaz DR Syaifuddin Zuhri yang disampaikan di mesjid Bimantara, 28 April 2022/ 26 Ramadan. Isi tulisan hasil pemahaman penulis.