Categories: AKSARA

Mengejar Malam Lailatul Qodar

Ada 2 tipe bakhil. Yang pertama pelit, tidak mau mengeluarkan harta. Tetapi yang lebih parah, sudah pelit serakah pula. Tidak memau memberi tapi giliran dapat bagian paling tangkas

Tanggal 20 Ramadan menjadi hari terakhir fase 10 hari kedua. Memasuki 21 Ramadan kegiatan i’tiqaf, memperbanyak kegiatan di masjid di malam hari, segera dimulai. Maka perlu men-tadabbur-i, merenungkan dan memperhatikan secara seksama tentang malam.

Allah berfirman dalam surat Muhammad: 24: Apakah kalian tidak memikirkan/merenungkan isi Al-Qur’an, atau hati mereka terkunci

Ramadan itu bulan Al-Quran, kita berpuasa karena Quran turun di bulan Ramadan. Maka hati hati jika sudah tidak tertarik dengan Quran. Yang hatinya terkunci akan mencari-cari kejanggalan isi Quran, sementara orang beriman tidak ada keraguan akan isi dan teks Al Quran.

Sahabat diberikan pilihan apakah khatam berkali-kali atau merenungi makna. Membaca itu sumber pahala secara kuantitas, karena setiap huruf adalah kebajikan yang diganjar pahala berlipat-lipat.

Demi Malam

Berbicara tentang malam, ada surat yang khusus membahas tentang waktu malam, yakni surat surat Al-lail https://kalam.sindonews.com/surah/92/al-lail

Ayat pertama diawali dengan sumpah, Demi malam. Budaya Arab terbiasa dengan bersumpah. Demi ibuku, demi ayah dan hal-hal lain yang dianggap sebagai jaminan memperkuat ucapan dan tindakan. Setelah Islam masuk, Rasul meminta hanya bersumpah demi Allah. Wallahi, Billahi, Tallahi.

Jika Allah yang bersumpah maka IA menggunakan makhluk atau ciptaanNYA. Jika Allah menyebut sesuatu berarti ada keistimewaan. Lantas ada apa dengan malam? Malam adalah waktu beristirahat, malam itu saat tepat menikmati keindahan. Malam juga waktu yang tepat untuk bermunajat

Lalu diikuti dengan ayat Dan siang apabila terang benderang Ayat ini bermakna sebagai dorongan untuk berusaha. Jangan berpangku tangan karena rezeki tidak datang begitu saja. Siang dan malam adalah bukti perputaran bumi yang ditandai dengan pergantian waktu. Ini juga sekaligus anjuran agar beribadah kepada Allah tanpa mengabaikan usaha duniawi.

Ini dipertegas di ayat ke-4, sesungguhnya usaha kamu berbeda-beda. Ini menunjukkan manusia beragam, dan profesi bermacam-macam.
Ada yang jadi direktur, ada juga yang jadi OB. Jangan mengeluh, jangan iri hati.  Semua pekerjaan ada fungsi yang digariskan Allah. Yang mulia di sisi Allah adalah mereka yg mampu menjalankan fungsi dengan ketentuan Allah.

Jangan Bakhil

Ayat selanjutnya bercerita tentang sedekah. Maka adapun orang yang memberi dan bertakwa. Siapa yg rajin bersedekah (mengeluarkan harta dalam bentuk zakat dan sebagainya) sekaligus memelihara ketaqwaan.
Kata keluarga Nabi, kami tak pernah melihat nabi sedermawan saat Ramadan. Allah berjanji akan memberi kemudahan dan hidayah bagi mereka yang suka memberi.  Dermawan adalah salah satu jalan mencari hidayah.

Sebaliknya, orang yang bakhil akan sulit mendapat petunjuk. Orang kikir ini merasa cukup tanpa bantuan orang lain dan mengabaikan tuntunan Allah. Jika orang yang rajin memberi dapat petunjuk, maka Allah berjanji yang kikir akan diiberi kesulitan.

Ada 2 tipe pelit.  Yang pertama bakhil, tidak mau mengeluarkan harta. Tetapi yang lebih parah syuh, sudah pelit serakah pula. Tidak mau memberi tapi giliran dapat bagian paling tangkas.

Orang pelit tidak percaya pahala dan merasa akhirat suatu hal yang tak pasti. Padahal Allah ingatkan, jangan konversi pahala bersedekah di dunia. Jangan menyumbang 1 juta mengharap rezeki 2 juta. Balasan akan datang di akhirat kelak. Tidak hanya di akhirat, masa pra akhirat ada alam barzah. Sedekah dan ketakwaan akan menerangi kubur.

Ada sahabat yg bilang kepada Rasul mau menyumbangkan semua hartanya untuk bekal  akhirat. Nabi melarang, karena keluarganya pasti membutuhkan. Jadi sumbangkan 1/3 saja.

Rasul bersabda, cinta dunia akan menggelapkan hati, cinta akhirat menerangi hati. Salah satu sebab hati keras dan gelap adalah kecintaan berlebih kepada harta. Maka bersedekahlah,  bukan karena siapa-siapa, tapi berharap ridho Allah. Di bagian akhir surat Al-lail disebutkan, para pendurhaka akan dimasukkan ke api neraka yang menyala. Mereka yang rajin bersedekah, menyumbangkan harta ke jalan Allah, akan dimasukkan ke golongan orang takwa dan dijauhkan dari siksa neraka.

**

Disclaimer:

Disarikan dari ceramah Ustaz Syaifuddin Zuhri yang disampaikan dalam Kajian Zuhur Ramadan mesjid Bimantara, 11 April 2023/ 20 Ramadan 1444. Isi tulisan hasil pemahaman penulis.

Latief Siregar

Recent Posts

Menikmati Surga Pesepeda di Utrecht

PEREMPUAN jelita itu berdiri dari bangku kafe di pinggir kanal. Melihat gaya serta tas kulit…

3 bulan ago

ADA KORTING DEKAT BIOSKOP

Begitu memasuki hotel, aku disambut receptie yang ramah menyapa. Mungkin kata ini yang diserap menjadi resepsi…

3 bulan ago

Membunuh Mental Sukanta

Tergopoh Sukanta bergerak dari kursi, begitu mendengar suara sepatu di seret. Malang, karena ia awalnya…

2 tahun ago

Bima Dibela Bima Dicela

Dari segelintir unggahannya, Bima rajin menggunakan kata-kata bombastis. Gubernur dajjal, megawati janda, soekarno mampus, orang…

2 tahun ago

Bagaimana Mencipta Nama Baik

Melakukan tindakan preventif yang bisa membuat pihak lain terhindar dari kecelakaan, adalah perbuatan baik. Seperti…

2 tahun ago

This website uses cookies.