Kemajuan zaman membuat dunia ada dalam genggaman. Sebut apa yang tidak ada dalam sebuah gadget bernama smartphone. Baca berita bisa, kamera ada, nonton tipi hayu, jadi sumber berita juga bisa. Telepon tak lagi sekedar berbicara jarak jauh.
Keberadaan di serba bisa itu tentu mengancam eksistensi media mainstream. Sosial media lebih cepat, lebih mudah, dan terjangkau. Apalagi sosmed tak seperti media mainstream yang punya kewajiban verifikasi.
Lantas, apakah media mainstream harus berkompetisi dengan sosieal media? Tentu saja tidak akan bisa. Kolaborasi. Itu kuncinya, peningkatan literasi publik agar menggunakan sosial media untuk hal-hal maslahat dan bermanfaat, akan meningkatkan kualitas demokrasi.
Jika Saya berbicara dari sudut pandang praktisi media, maka Roy Suryo bicara dengan perspektif pemanfaatan internet dan segara perangkat canggihnya. Sementara, Wakil Ketua Komisi I, Bambang Kristiono selain membahas manfaat internet mensosialisasikan kinerja wakil rakyat juga bicara tentang aturan dan tatakelola.
PEREMPUAN jelita itu berdiri dari bangku kafe di pinggir kanal. Melihat gaya serta tas kulit…
Begitu memasuki hotel, aku disambut receptie yang ramah menyapa. Mungkin kata ini yang diserap menjadi resepsi…
Tergopoh Sukanta bergerak dari kursi, begitu mendengar suara sepatu di seret. Malang, karena ia awalnya…
Dari segelintir unggahannya, Bima rajin menggunakan kata-kata bombastis. Gubernur dajjal, megawati janda, soekarno mampus, orang…
Melakukan tindakan preventif yang bisa membuat pihak lain terhindar dari kecelakaan, adalah perbuatan baik. Seperti…
This website uses cookies.