JAM di gerbang kampus berbalut bunga bougenville yang tengah mekar, menyambut diam. Wall berlogo 88, penanda reuni perak ITB angkatan 1988, ramai dipadati kawan-kawan yang berfoto. Riang, seperti berputar kencang ke 25 tahun silam. Mataku liar mencari-cari. Kawan sejurusan berjanji di sekitar gerbang, supaya sama-sama registrasi. Sebetulnya ada acara pendahuluan, makan siang. Tetapi gara-gara 4 in 1 di pintu keluar tol Pasteur, aku pun telat.
Beberapa kali aku bersirobok pandang dengan kawan-kawan non jurusan. Beberapa terlihat berbeda rupa, lebih banyak lagi beda ukuran badan. Curi2 pandang ke name-tag, berbincang akrab seolah namanya diingat, supaya tidak terkesan sombong.
Kemeriahan sudah dimulai, ketika tepukan keras mendarat di punggung. Ahaa.. kawan sejurusan sudah berdatangan ke meja registrasi. Panitia sungguh cerdas, yang jaga meja bukan angkatan 88, tapi yang berusia 18. Prosesi pendaftaran pun jadi ajang temu kangen pertama.
Guyonan, ledekan, mengalir kencang. Door prize saja jadi bahan. Aku yang mendapat lampu belajar, kata Agus Alim, karena IP kecil jadi disuruh belajar terus. Destrian dapat thermo pot, karena dia betah belajar lama, sehingga butuh kopi panas sewaktu2. Yang dapat alat masak dan perlengkapan makan, pastilah suami penyayang. Jusan dan Boy tentu senyum simpul mengiyakan. Tapi Wahyono? Semua hanya terbahak. “Kalau sudah ngumpul, semua lupa umur’, balas Wahyono. Usia boleh uzur, mata boleh lamur, tapi semangat tak pernah kendur.
Musik yang menyentak di lapangan basket, membuat suasana demo memprotes orde baru dua puluh tahun lalu kembali. Bedanya tak ada spanduk, tak ada jaket jurusan. Yang ada hanya seragam “25 tahun 88”. Dan kegembiraan. Tentu saja, reuni tidak hanya temu kangen semata. Sesuai tema “Peduli pendidikan, peduli lingkungan, dan peduli kawan”, reuni kali ini diisi banyak kegiatan, yang menjadi sumbangan ITB 88 bagi Indonesia. Ratusan anak-anak mengikuti “Pojok Gembira”, acara yang diampu KeRLIP (Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan) ini, diisi kegiatan sekolah ramah anak, belajar yang menyenangkan, sekolah bebas bencana, outbond kids.
Ada musik, ada foto-foto, ada somay, ada pula yang asyik bersepeda. Sepeda2 yang tersimpan di 7 shelter itu sumbangan angkatan 88, bagian dari peduli lingkungan. Bahasa kerenya mah, gerakan pengurangan emisi karbon melalui sepeda-isasi.
25 tahun bukan waktu yang pendek. “Kita melihat teman semakin tua. Padahal kita merasa muda. Mungkin teman juga begitu,” kata Dani, anak Kimia yang sama-sama berkarir di jurnalistik. Apalagi sudah 25 orang yang pergi mendahului ke haribaan Ilahi. Malam itu, dalam suasana hening, foto2 mereka ditampilkan di layar lebar. Ditingkahi lantunan “Kite” oleh Noor Cholis, keharuan membekap malam. Anak Geodesi itu bernyanyi khusyuk bak Bono, si vokalis U-2 itu:
Something is about to give
I can feel it coming
I think I know what it is
I’m not afraid to die
Ya, meski usia semakin sepuh, kita tak takut kepada kematian. Karena tak ada yang bisa sembunyi dari kematian.
Kematian, jodoh ada di tangan Tuhan. Ada 45 pasangan yang menikah sesama angkatan 88. Jika artis yang pacaran dan menikah karena bertemu di lokasi syuting, disebut cinlok atawa cinta lokasi, bolehlah ini disebut cinkam, cinta kampus. Sebagian dari pasangan bahagia itu, dengan wajah bungah naik ke panggung, dengan backsound menikahlah denganku yang dibawakan Fatur.
Fatur dan kawan-kawan dari JavaJive menjadi pelengkap kemeriahan malam itu. Selain karena drummer JavaJive, Edwin Saleh, alumni FSRD 88, band asal Bandung itu juga tumbuh bersama angkatan 88. Mereka pintar memainkan emosi, dengan membawakan lagu-lagu lawas yang hits di jaman tante2 dan oom 88 ini masih belia.
Hari segera berganti. Tak terasa hampir 12 jam rangkaian reuni berjalan. Bandung tak sedingin saat penataran atau OS puluhan tahun lalu. Atau dingin sudah terkalahkan keriangan bertemu teman2 lama. Confetti sudah turun sedari tadi, panggung pun sudah meredup. Tapi gema lagu penutup “Gerangan Cinta” masih terngiang jelas.
Malam kian terasa larut dan dingin
Hasrat pun ingin terus bersama
Sinar bulan yang terang terbayang
Terbias indah dimatamu ooh oooh
Sampai jumpa di reuni2 lainnya. Syukur2 sampai ke reuni emas, 2038. Huuuhh…haaa….!!!
Foto2 “reuni perak 88” (by Aul-AR): https://www.dropbox.com/sh/ani79i3ip3bqabw/NNqSqqrDsX
PEREMPUAN jelita itu berdiri dari bangku kafe di pinggir kanal. Melihat gaya serta tas kulit…
Begitu memasuki hotel, aku disambut receptie yang ramah menyapa. Mungkin kata ini yang diserap menjadi resepsi…
Tergopoh Sukanta bergerak dari kursi, begitu mendengar suara sepatu di seret. Malang, karena ia awalnya…
Dari segelintir unggahannya, Bima rajin menggunakan kata-kata bombastis. Gubernur dajjal, megawati janda, soekarno mampus, orang…
Melakukan tindakan preventif yang bisa membuat pihak lain terhindar dari kecelakaan, adalah perbuatan baik. Seperti…
This website uses cookies.