Beranda » Jangan Lalai di Akhir Ramadan
AKSARA

Jangan Lalai di Akhir Ramadan

Tidak setiap tidur orang berpuasa itu bernilai ibadah. Misalnya, tidur karena malas, tidur karena kekenyangan setelah sahur, dan tidur karena tidak ingin beraktivitas. Ketiganya tidak bernilai ibadah bahkan bisa dinilai sebagai tidur yang tercela.

Tidak terasa fase 10 hari kedua, fase maghfiroh (ampunan) segera usai. Selanjutnya memasuki fase terakhir, pembebasan dari api neraka.
Berpuasa goal tertingginya menuju taqwa. Cirinya manusia dengan karakter ihsan, berbuat baik dan menjauhi dosa. Sejatinya, ihsan bermakna menyempurnakan. Melakukan ibadah yang maksimal.

Secara bahasa Ramadan artinya membakar dosa. Perbuatan dosa itu mengurangi pahala. Meskipun bulan puasa memberikan ganjaran pahala yang besar tetapi masih banyak yang puasa tapi tawuran, membunuh, juga korupsi. Padahal berbuat dosa itu merusak puasa.

Lalu ada yang menyoal, katanya selama puasa setan dibelenggu, kenapa kejahatan masih ada. Rasul bersabda, “Apabila bulan Ramadan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu ditutup dan setan-setan dibelenggu.” Sebagian ulama berpendapat, setan bukan dibelenggu sampai tidak bisa menggoda manusia, melainkan diperlemah sehinga tidak mempan menggoda orang yabg benar-benar puasanya. Jika setan tetap bisa menggoda artinya iman orang yang digoda yang sedang lemah.

Ada banyak hal-hal kecil yang menjadi godaan dari meraih ganjaran puasa. Tidur. Banyak yang merasa puasa mengurangi jam tidur. Ini karena ada solat malam dan bangun untuk sahur. Nyatanya banyak pula yang jam tidurnya bertambah.

Baca juga:   Dimanakah Tuhan Anak Gembala

Memang ada yang berkilah tidur juga ibadah. Sesuai hadits, “Tidur meskipun merupakan inti kelupaan, namun akan menjadi ibadah sebab dapat membantu melaksanakan ibadah”. Tetapi tidurnya orang berpuasa adalah ibadah ini berlaku bagi orang berpuasa yang tidak merusak puasanya, misal dengan perbuatan ghibah.

Tidak setiap tidur orang berpuasa itu bernilai ibadah. Misalnya, tidur karena malas, tidur karena kekenyangan setelah sahur, dan tidur karena tidak ingin beraktivitas. Ketiganya tidak bernilai ibadah bahkan bisa dinilai sebagai tidur yang tercela.

Berlebihan dalam hidangan buka dan sahur
Puasa itu menahan diri. Tidak hanya dalam rentang puasa, mulai dari imsak hingga ifthar. Termasuk juga di saat berbuka dan sahur. Dari sudut kesehatan, makan banyak setelah perut kosong seharian, bisa menimbulkan perut begah, muntah, asam lambung naik, hingga berat badan naik. Makan terlalu banyak juga bisa meningkatkan kadar gula darah, karena tubuh bekerja lebih banyak dan memproduksi lebih banyak insulin dibanding biasanya. Hasilnya, sakit kepala, haus, lelah dan mengantuk. Yang bisa menggangggu aktivitas qiyamul lail.

Berlebihan dalam menyiapkan hidangan juga berujung mubazir. Jika lapar mata ingin membeli banyak makanan, sisihkan kepada orang lain. Memberi makan orang berpuasa pahalanya setara dengan puasa itu sendiri. Lagi pula, keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan, dibebaskan dari siksa kubur. Rasulullah Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” Bagi yang berniat memberikan angpaw di saat syawal, lebih baik geser menjadi angpaw ramadan, karena pahalanya lebih besar di ramadan

Baca juga:   Prank, Dari Sambo, Baim, sampai Lesty

Dekatlah dengan masjid
Keutungan berada di dalam masjid membuat aktivitas duniawi akan berkurang. Bagi yang pernah umroh atau haji tau bahwa di Madinah rumah Rasulullah menempel dengan masjid Nabawi. Rumah itu saat ini lokasinya menjadi makam Rasul. Meski dekat, tapi Rasul memilih berdiam di masjid.

Berdoa agar hati ditetapkan.

Perbanyak berdoa agar hati tidak dibolak balik. Dibolak balik disini bukan hanya terkait akidah belaka tetapi dalam hal ibadah. Ibadah yang baik bukanlah yang dilakukan dengan semangat di awal lalu perlahan luntur spirit dan kualitasnya. Perbanyak amalan baik wajib maupun sunah, sehingga porsi kegiatan ibadah terus bertambah. Jika dilakukan secara konsisten, maka selepas Ramadan kegiatan itu akan menjadi kebutuhan. Doa diperlukan agar tetap  istiqomah.

Tidak membuang waktu

Baca juga:   Ada Maudy di Manchester

Di masa sekarang, ruang membuang-buang waktru ada di depan mata. Bahkan di tangan. Yaitu televisi dan gadget. Banyak yang membaca Quran hanya beberapa menit, tapi betah scroll sosmed berjam-jam, yang jika waktunya dikonversi kepada bacaan Al Quran sudah dapat beberapa juz.
Rasul mengingatkan, “Diantara tanda baiknya Islam seseorang, meninggalkan hal tidak bermanfaat baginya”

Membaca dan mendengar kisah orang soleh

Perbanyak membaca kisah-kisah orang yang amalannya baik. Selama Ramadan banyak kegiatan ceramah, ikuti dan dengarkan kesuksesan tersebut untuk mencari inspirasi kehidupan dan meningkatkan kualitas ibadah.

Tarawih full

Salah satu godaan tidak konsisten melaksanakan tarawih adalah di akhir bulan. Jelang lebaran, kegiatan mudik pun dimulai. Jaga keberlanjutan tarawih dengan tetap solat meski sedang di perjalanan.

Semoga kita semua bisa memanfaatkan sisa bulan Ramadan dengan menambah dan meningkatkan kualitas amalan, yang Insya Allah mendapat ganjaran berlipat ganda.

**

Disclaimer:

Disarikan dari ceramah Ustaz Rachmat Morado yang disampaikan dalam Kajian Zuhur Ramadan mesjid Bimantara, 10 April 2023/ 19 Ramadan 1444. Isi tulisan hasil pemahaman penulis.

TUKANG KOMBUR ON YOUTUBE

November 2024
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
252627282930