Sekejam-kejamnya Firaun ia tetaplah laki-laki kebanyakan, “suami takut istri”. Sang istri bisa meyakinkan suaminya agar Musa tidak dibunuh. Tetapi Firaun tak kalah akal, ia menguji Musa dengan menyodorkan susu dan bara api. Kata Firaun, jika Musa memilih susu, artinya ia anak yang hebat. Sebaliknya jika memilih bara, dia anak biasa yang boleh dibiarkan hidup
Jika mendengar nama Nabi Musa kita pasti teringat dengan Firaun. Musa menjadi nabi ke-14 dalam silsilah 25 Nabi yang kita imani. Ia tumbuh di tengah kekejaman Firaun yang sangat ditakuti, bahkan hingga menyebut dirinya Tuhan.
Suatu kali Firaun bermimpi akan ada keturunan Bani Israil yang menghancurkan kerajaannya. Ia lalu memerintahkan anak-anak laki-laki termasuk yang baru lahir harus dibunuh. Ibu Musa yang tidak tega anaknya harus mati, memilih menjauhkan Musa dengan cara menghanyutkan ke arus sungai. Qadarullah, bayi Musa jatuh ke tangan istri Firaun.
Sekejam-kejamnya Firaun ia tetaplah laki-laki kebanyakan, “suami takut istri”. Sang istri bisa meyakinkan suaminya agar Musa tidak dibunuh. Tetapi Firaun tak kalah akal, ia menguji Musa dengan menyodorkan susu dan bara api. Kata Firaun, jika Musa memilih susu, artinya ia anak yang hebat. Sebaliknya jika memilih bara, dia anak biasa yang boleh dibiarkan hidup. Firaun merasa ia cerdas, bayi pasti akan memilih susu, sehingga ia punya alasan untuk membunuhnya.
Allah berkehendak, ketika tangan Musa akan meraih susu tangan malaikat menepisnya dan mengarahkan ke bara api. Musa pun mengunyah bara api. Akibatnya ia cadel, tidak faseh. Bayangkan seorang pendakwah, tetapi tidak faseh. Ia pun meminta kepada Allah agar saudaranya Harun dijadikan Nabi, yang akan berperan sebagai jubir.
Musa pun tumbuh menjadi anak hebat dengan aura kenabian. Ia melawan penyihir kerajaan. Ia juga berani meminta tuannya, Firaun agar menyembah Allah. Fir’aun justru tambah menentang, ia berpaling dari semua ajakan Nabi Musa dan mengumpulkan rakyatnya seraya mengatakan “Akulah Tuhanmu yang paling tinggi”. Maksudnya adalah; tiada tuhan diatas aku.
Musa yang bergelar ulul azmi, memiliki tingkat kesabaran tinggi, di atas rata2 para nabi, akhirnya marah.
Dan Musa berkata, “Ya Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Fir’aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, (akibatnya) mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. (Yunus: 88)
Musa yang hilang kesabaran juga meminta Allah menjadikan harta Firaun termasuk buah-buahan menjadi batu. Allah kemudian menjawab doa Musa dan Harun.
Allah berfirman, “Sungguh, telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan jangan sekali-kali kamu mengikuti jalan orang yang tidak mengetahui.” (Yunus: 89)
Tetapi tidak serta merta Firaun luluh lantak. Ada jeda 40 tahun setelah janji Allah diberikan, baru kehancuran Firaun terwujud. Apa hikmah yang bisa diambil dari peristiwa ini? Doa bisa saja dikabulkan, tetapi kapan akan terwujud hanya Allah yang mengetahui saat terbaiknya.
Seperti cerita khalifah Umar bin Khattab, yang menyatakan, tugas saya adalah berdoa, biar Allah yang memutuskan kapan diberi. Karena Allah yang tau apakah ikhtiarku sudah cukup. Artinya, jangan pernah berputus asa dalam berdoa.
Ya Allah, berikan rizki tetapi tidak menjauh dari Allah,
Berikan sehar agar taqwa
Berikan umur agar beramal soleh
Disarikan dari cemarah Ustaz DR Izzat Saleh Jaelani yang disampaikan dalam Kajian Zuhur Ramadan mesjid Bimantara, 27 Maret 2023/ 5 Ramadan. Isi tulisan hasil pemahaman penulis