200K. Woowww… Hebat, keren, top…
Sebelum kekagumanmu meruah, baiklah aku jelaskan.
Ajang ultra marathon Jakarta-Bandung ini berjarak 200 kilometer ini diikuti 5 kategori. 75 manusia super berlari sendirian sejauh 200K, 100 manusia super lainnya berbagi 2, masing2 100K. Lalu 200 orang berbagi 4 (relay-4), 450 orang melahap jarak 200K itu bersembilan (relay-9), dan 150 team bersama2 18 orang satu tim berbagi jarak 200 kilometer.
Nah aku masuk dalam tim R-9 LA88Lers (Angkatan lapan2 lelarian).
Sebagai pelari ke-4 aku kebagian Tajur- Melrimba sejauh 25.9 kilometer saja kok. Setelah menerima gelang estafet di Water Station (WS-6) di Kuntum Farmfield, aku memulai petualangan pukul 9 pagi hari sabtu. Panas, rute menanjak, jerit klakson, asap knalpot bus melengkapi perjalanan.
Jalur menurun sedikit menjelang prapatan Ciawi Puncak, disambut tanjakan lagi. Masih bisa lari2 kecil, sehingga 30 menit masih bisa 4 kilometer. Tanjakan Pardede menggoda iman untuk berjalan cepat saja. Selanjutnya jalan kaki ini mendominasi perjalanan.
Dapat jalur turun lagi di gerbang Taman Safari. Habis itu tanjakan seolah tak berakhir. Benar kata pepatah, di balik sebuah tanjakan pasti ada……. (tanjakan yang lebih pedas lagi)
WS-7 pun di depan mata. Warung Sunda Manglayang di KM79. Aku sudah menghabiskan waktu 2.30 untuk jarak 12 kilometer. Meregangkan kaki, makan telor rebus, kurma, buah2an, lanjut lagi dengan semangat baru. Tersisa 13 kilometer lagi ke WS-8 di Melrimba Garden.
Kalo etappe 7 tadi elevasi 450, etappe berikut ini elevasi 650. Lebih dahsyat. Panas yang makin menyengat, tanjakan yang makin tajam membuat pikiran melayang kemana2. Bertekad berhenti merokok (kelak sesampainya di Melrimba tekad itu pun pupus), hingga mau lapor kapten supaya DNF (Did Not Finish) saja.
Terbayang wajah Poempida Hidayatulloh Ima Abdulrahim (Rahimah) Ningrum Widyastuty Spicer Nabil Basalamah Syaifuddin Sayuti Alex Atmajaya Ria Anneli dan Hamba Allah yang menyumbang donasi untuk beasiswa pendidikan.
Tim support istimewa, istri tercinta Ari Sutanti, terus menyemangati dari atas mobil ber-AC yang melaju pelan di tengah macet. Di Riung Gunung, menara mesjid At-Taawun terlihat pongah di puncak bukit. Panjang umur, Irfandra Alamsyah Kapten Tim La88lers melintas. “Mau air, paint killer, atau energi jell?”. Ah aku mau diangkut naik mobil aja Capt, jawabku dalam hati. Mungkin ia merasa berdosa menaruhku di jalur durjana itu. Aku menunjukkan air yang baru saja diberikan Ezwar Ruzzaman, pelari yang sudah menyelesaikan tugas di etappe sebelumnya, dan sudah naik mobil menuju Bandung.
Kalo irfan dan Ezu adalah pelari yang kemudian membantu rekan pelari lainnya, Frans Batara asli sebagai tim support. Ia bolak balik mengendarai motor trail. Menawari air, juga memotret pelari dan melaporkan ke markas tim support. Oom Babat juga pintar membujuk. “Cuma 2 belokan sudah datar”, katanya. Dia betul, belokan memang cuma 2, kiri dan kanan. Tapi jalan datar itu tak pernah ada.
Setelah tergolek sesaat di warung2 sekitar mesjid At-Taawun, Babat datang lagi. “Tinggal 700 meter WS-8”. Aku lirik jam pintar, tertera 24.3 kilometer. Aku kembali semangat. Begitu jam bergetar di penunjuk 25K, aku kembali lemas. Penjaga warung bilang, 3 belokan lagi sampe Melrimba. “Babaaattttt dimana dikauuuu…”
Tak lama, setelah 5 jam 45 menit tanda penunjuk WS terlihat. Istri dan teman2 yang memantau lewat live location sdh menunggu di jalan. Eh mendadak di sebelah menyisiri berlari manusia super Agus Suryana, pelari R-2, yang sudah lari 17 jam dari BNI Dukuh Atas. Agus finish 100K dan dilanjut Muhamad Aulia sampai ke kampus ITB. Aku dilanjut pelari ke-5 R-9 Sigit Hariyadi hingga ke Cianjur.
“Minum dulu yang manis biar pulih, ini ada teh Blambangan,” kata Babat. Aku mengangguk pasrah. Setelah 2 teguk, mata pun terang, ternyata itu Teh Bandulan.
Biarlah, semua kebersamaan ini membuat lelah serasa hilang. Bahagia bisa menuntaskan perjuangan bersama ini.
88…. huh haa….
PEREMPUAN jelita itu berdiri dari bangku kafe di pinggir kanal. Melihat gaya serta tas kulit…
Begitu memasuki hotel, aku disambut receptie yang ramah menyapa. Mungkin kata ini yang diserap menjadi resepsi…
Tergopoh Sukanta bergerak dari kursi, begitu mendengar suara sepatu di seret. Malang, karena ia awalnya…
Dari segelintir unggahannya, Bima rajin menggunakan kata-kata bombastis. Gubernur dajjal, megawati janda, soekarno mampus, orang…
Melakukan tindakan preventif yang bisa membuat pihak lain terhindar dari kecelakaan, adalah perbuatan baik. Seperti…
This website uses cookies.