Melakukan tindakan preventif yang bisa membuat pihak lain terhindar dari kecelakaan, adalah perbuatan baik. Seperti yang dilakukan semut, kita bisa melakukan hal serupa. Seperti membuang duri di jalan, atau menjauhkan paku dan sekrup dari jalanan, yang bisa membuat pengendara celaka karena bannya kempes.
Dikisahkan oleh Bukhari, Rasul itu sebelum Ramadan adalah orang paling dermawan. Setelah Ramadan lebih dermawan lagi melebihi angin yang bertiup. Kata Rasul, Ramadan adalah saatnya meningkat. Saat yang tepat untuk membangun proyek nama baik.
Nama baik bisa muncul tanpa sengaja. Yang bisa menilai sebuah perbuatan adakah kebaikan hanya orang lain. Seperti kisah semut yang diabadikan dalam surat An Naml:18, Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.
Melakukan tindakan preventif yang bisa membuat pihak lain terhindar dari kecelakaan, adalah perbuatan baik. Seperti yang dilakukan semut, kita bisa melakukan hal serupa. Seperti membuang duri di jalan, atau menjauhkan paku dan sekrup dari jalanan, yang bisa membuat pengendara celaka karena bannya kempes.
Mengekalkan nama baik
Ada seorang sahabat bernama Arqam bin Abi Al Arqam. Ia menyediakan rumahnya menjadi markas dakwah Rasul, Darul Arqom. Dalam sejarah kehidupan masa Nabi, sulit mencari peran lain dari Arqam yang membuat namanya diabadikan sebagai sahabat yang harus dikenang. Tetapi kesediaannya menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah, yang menjadi tempat banyaknya kaum musyrikin memeluk Islam, adalah perbuatan baik yang tak terhingga.
Seperti doa Nabi Ibrahim: Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian. (Asy syuara 84). Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim. Namanya tetap bersinar, sikapnya tetap diagungkan, keturunannya adalah para nabi dari Bani Israil yang terakhir adalah Nabi Muhammad Sallallàhu ‘alaihi wa sallam.
Galibnya perjalanan hidup, bayi lahir, hidup, lalu menua dan mati. Kita akan hilang dari linimasa, jika tidak menjaga nama baik, lewat ilmu dan kebajikan.
Ilmu dan Iman
Di jaman Rasul ada banyak sahabat yang berilmu, cerdas, dan mengagumi Rasul. Sebutlah Abu Jahal. Pemilik nama asli Amar bin Hisham itu adalah sepupu Nabi, yang dikenal bijaksana. Omongannya ditunggu, dan dijadikan pegangan. Sehingga ia digelari Abu Haqam, Bapak Kebijaksanaan. Ketika Muhammad lahir, ia sangat senang, ditandai dengan memerdekakan budak.
Tetapi ketika Muhammad diangkat menjadi Rasul, ia berbalik menjadi musuh terbesar Nabi. Sehinga ia kemudian digelari Abu Jahal, Bapak Kebodohan.
Jalan hidupnya berbeda dengan Umar bin Khattab. Ia adalah tetua kaum Quraisy yang sangat membenci Rasul. Ia menganggap ajaran Muhammad menjadi penyebab perpecahan suku Quraisy. Ia lalu berbalik menjadi pembela Islam, dan penerus Muhammad sebagai khalifah. Abu Jalah dan Umar sama-sama berilmu, tetapi berbeda dalam hal iman.
Di zaman modern kita juga mengenal Stephen Hawking dan Abu Yasin. Keduanya memiliki keterbatasan, sama-sama difabel yang hidup di atas kursi roda. Hawking adalah fisikawan, Yasin simbol perlawanan kezaliman zionis. Sama-sama pintar, berpengaruh, tetapi berbeda dalam keimanan. Hawking seorang atheis, Yasin mukminin.
Semua akan “mudik” kepada Allah. Rasul bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR Muslim). Kehidupan sesudah mati sangat tergantung kepada kebiasaan, value, habits, dan nama baik.
Di bulan Ramadan yang mulia ini, mari memulai proyek keabadian. Lakukan hal sederhana, simpel. Tidak harus yang luar biasa. Mulai dari yang kecil dan bermanfaat. Seperti kisah semut dan Arqam tadi. Fokus pada Allah, bukan pujian.
Seperti lailatul qodar yang lebih baik dari seribu bulan, maka spirit keabadian dari perbuatan baik adalah, kebaikan bisa memicu kebajikan bagi 1000 konunitas. Berbuat baiklah! Bersedekah dan mengamalkan ilmu.
**
Disarikan dari ceramah Ustaz DR Saiful Bahri (IG: @drsaifilbahri) yang disampaikan dalam Kajian Zuhur Ramadan mesjid Bimantara, 18 April 2023/ 27 Ramadan 1444. Isi tulisan hasil pemahaman penulis.
PEREMPUAN jelita itu berdiri dari bangku kafe di pinggir kanal. Melihat gaya serta tas kulit…
Begitu memasuki hotel, aku disambut receptie yang ramah menyapa. Mungkin kata ini yang diserap menjadi resepsi…
Tergopoh Sukanta bergerak dari kursi, begitu mendengar suara sepatu di seret. Malang, karena ia awalnya…
Dari segelintir unggahannya, Bima rajin menggunakan kata-kata bombastis. Gubernur dajjal, megawati janda, soekarno mampus, orang…
Ramadan itu bulan perbaikan ibadah. Kualitas dan kuantitas ibadah kepada Allah harus meningkat setiap waktu.…
This website uses cookies.