Begitu memasuki hotel, aku disambut receptie yang ramah menyapa. Mungkin kata ini yang diserap menjadi resepsi untuk menyebut pesta pernikahan. Situasi yang menunjukkan acara dengan penyambut tamu. Mungkin saja.
Hotel ini berada dalam mall terbesar di Utrecht, bersebelahan dengan kantoren. Tadi pas melintas di sebuah toko, ada plang korting 50 persen untuk baju tebal. Maklum sebentar lagi musim berganti dari semi menuju summer. Eh di dekat kamerpas ada plang promo gratis jika membeli sejumlah barang.
Tapi aku tak belanja. Pakaian yang dijual untuk musim yang nggak pas buat dipakai di tanah air. Handdoek sudah disediakan hotel. Lagi pula aku hanya membawa tassen dan koffer yang tidak besar.
Meski berada di pusat kota parkeren justru paling banyak buat fiets. Maklum sebagian besar warga bepergian dengan naik sepeda atawa ngepit.
Aku pun mencoba berkeliling dengan menyewa sepeda. Tak rumit, cukup isi formulier, bayar dan sepeda siap digenjot. Enaknya naik sepeda tak harus mengurus rijbewisj.
Udara yang dingin bahkan di siang hari, 7-12 C serta hujan yang sesekali turun, tak membuatku sakit. Sehingga tak harus berurusan dengan kliniek dan membeli obat atau siroop di apotheek.
Jika udara sedang dingin, tapi tetap mau jalan-jalan, bolehlah naik trem di dalam kota. Ke kota sebelah bisa naik spoor yang jadwalnya semua precies.
Sempat tergoda ikut merokok, yang pasti nikmat seperti malam hari di Puncak. Selain aku sudah stop, rokok mereka juga gak asyik. Karena harga rokok yang mahal membuat anak-anak muda mlinting dengan papier. Aku juga khawatir anak-anak ini mengisap ganja. Buat mereka legal tetapi bisa saja buat turis itu crimineel. Aku malas harus berurusan dengan politie dan menyewa advocaat.
Suatu petang saat jalan-jalan mencari bioscoop bersua dengan anak-anak muda yang lagi berdemo membela Palestina. Demo berjalan damai, mereka menawarkan warga untuk teken petitie.
Karena asyik nonton demo, jadi terlewat rooster bioscoop. Lagi pula tak ada film Agak Laen di Utrect.
(Oleh2 vacantie di Belanda, akhir Februari 2024)