..”Karena tidak komit kepada janji, maka Allah menghukum Qorun. Allah mendatangkan gempa dan longsor yang membuat seluruh harta kekayaan Qorun lenyap ditelan bumi. Mereka yang suka telat juga akan dihukum Allah, sebagai balasan sudah “menghukum” temannya yang tepat waktu”…
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia punya interaksi dengan Allah (hablum min Allah), sesama manusia (hablum min Annas), dan alam semesta. Dalam interaksi ini manusia punya kewajiban, tanggungjawab, dan kepedulian. Dalam kewajiban tersebut ada komitmen, al-wafa, sebagai jalan simpati memenuhi janji, termasuk bukti ketakwaan.
Ada bermacam-macam Al-Wafa. Yakni kesepakatan, nadzar, janji, sumpah, perjanjian, akad atau kontrak, dan ba’iath. Semua jenis ini memiliki karakteristik dan tingkatan pemenuhan. Misalnya, nazar menyangkut Tuhan dan manusi, akad dalam hubungan sesama manusia, serta ba’iath yang terkait dengan pemimpin dan institusi.
Akan tetapi tidak semua janji harus dipenuhi. Misalnya ada yang bernazar memberikan hadiah jika lolos seleksi atau naik jabatan. ternyata orang yang akan diberi hadiah meminta minuman beralkohol. Maka janji tersebut bisa dibatalkan karena melanggar syariat Allah. Ingkar janji disini tidak mendapat hukuman.
Kata Allah, syukuri nikmatKU, dan penuhi janjimu. jadi memenuhi janji merupakan bagian dari rasa syukur dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dalam Al Quran disebutkan, janji Bani Israil itu luas dan termaktub dalam beberapa ayat dan surat berbeda. Mulai dari menyembah Allah, mengimani Rasul, ihsan pada orang tua, mendirikan sholat, menunaikan zakat, hingga menyantuni fakir miskin
Bagaimana dengan janji palsu. Disebutkan mereka yang suka mengumbar janji palsu masuk dalam kriteria orang munafik. Mereka adalah orang yang ingkar kepada nikmat Allah. Sebaliknya mereka yang menepati janji, adalah orang yang cerdas. Orang yang bisa mengukur waktu, menakar kemampuan. Hal paling ringan dalam kehidupan sehari-hari adalah menepati waktu. Jangan mudah menyebut waktu, sementara tak ada komitmen memenuhinya.
Banyak acara yang dirancang untuk dilanggar. Misalnya diniatkan acara mulai pukul 9, tetapi disebut mulai pukul 8, karena asumsi akan telat 1 jam. Ini adalah contoh tidak komit. Bayangkan jika ada yang terbiasa tepat waktu, maka ia harus menunggu 1 jam, tanpa ada rasa bersalah dari panitia yang memang menginginkan acara mulai pukul 9.
Contoh ingkar janji yang banyak kita temui adalah janji politisi. Saat kampanye semua terasa indah. Begitu duduk, tak ada yang terwujud. Ingkar janji yang banyak dibahas dalam Al Quran, janji Qorun. Qorun berjanji untuk lebih taat beribadah dan membantu sesama jika diberi kekayaan oleh Allah. Saking melimpah kekayaannya, kunci gudang Qorun saja harus dibawa oleh 10 orang. Nyatanya ia mempergunakan kekayaan tersebut dalam kesesatan, kezaliman, dan permusuhan sehingga membuatnya menjadi sombong dan terlena kekayaan.
Karena tidak komit kepada janji, maka Allah menghukum Qorun. Allah mendatangkan gempa dan longsor yang membuat seluruh harta kekayaan Qorun lenyap ditelan bumi. Mereka yang suka telat juga akan dihukum Allah, sebagai balasan sudah “menghukum” temannya yang tepat waktu.
Suatu ketika Rasul yang sudah tinggal di Madinah bermimpi pergi umroh. Nabi lalu bercerita kepada sahabat, dan bersama 1000 kaum muslimin berangkat ke Mekkah. Sesampainya di kawasan Hudaibiyyah, kaum kafir Quraish mencegat rombongan Rasul. Padahal semua rombongan sudah berihrom. Rasul mengirim Utsman bin Affan untuk menanyakan maksud penghadangan. Ternyata Utsman malah disandera. Para sahabat pun bersumpah akan berperang hingga titik darah penghabisan. Tetapi Rasul dibantu Abu Bakar Ash-Shiddiq menenangkan sahabat, dan Rasul memilih jalan diplomasi.
Akhirnya tercapailah perjanjian Hudaibiyyah yang menjadi pintu masuk kemenangan umat Islam. Disini, sumpah memerangi kaum Quraisy tidak jadi dilaksanakan, tetapi Allah tidak marah, justru memberikan kemenangan manis kepada Kaum Muslimin.
Begitu ppula dengan kisah Nabi Ayyub.
Ayyub sakit parah. Dia panggil istrinya tidak menjawab. Ayyub yang marah bersumpah akan memukul istrinya 100 kali. Ternyata istrinya sedang pergi ke pasar untuk menjual perabotan demi mempertahankan hidup. Ayyub menyesal telah mengeluarkan sumpah. Ia diuji antara cinta pada Allah dan cinta pada istri. Ayyub harus memenuhi janji, tetapi faktanya istrinya tidak sepenuhnya salah.
Kata Allah, Aku akan memberi jalan keluar bagi orang yang bertakwa. Ayyub lalu diperintahkan mengambil seikat rumput berisi 100 helai, dan memukulkannya dengan lembut. Janji tertunaikan, istrinya tidak kesakitan. Allah juga menyembuhkan Ayyub dari sakit parah selama 18 tahun, serta mengembalikan kekayaannya.
Demikianlah bermacam kisah menepati janji dan komitmen. Puasa adalah bagian dari komitmen. Kita dilarang mengonsumsi makanan dan minuman halal. Latihan mengendalikan diri.
Masalah pribadi hingga masalah bangsa bisa selesai dengan komitmen kepada janji. Semua harus berpikiran, saya bisa berkontribusi apa, bukan saya harus mengambil apa.
Disclaimer:
Disarikan dari ceramah DR Saiful Bahri yang disampaikan di Mesjid Bimantara 25 april 2022/ 23 Ramadan. Isi tulisan hasil pemahaman penulis.